Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan
menggunakan malam (lilin) merupakan bentuk seni kuno dari zaman dahulu kala.
Penemuan seni pewarnaan kain tersebut diawali pada abad ke-4 SM, yaitu dengan
ditemukannya kain pembungkus mumi yang dilapisi dengan malam (lilin). Seni
“batik” juga berawal dari Tiongkok pada Dinasti Tang (618-907), di India dan di
Jepang (645-795). Seni “batik” juga ditemukan di Afrika oleh SukuYoruba
(Nigeria), Suku Soninke dan Suku Wolof (Senegal).
Berdasarkan catatan-catatan sejarah, batik di Indonesia mulai berkembang semenjak zaman Kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa pada awal abad ke-19. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik itu sendiri tidaklah tercatat secara akurat, dan kemungkinan kain yang ada teknik batiknya itu diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Catatan-catatan perkembangan batik dari mana berawal dan berkembang memang terdapat beberapa perbedaan, diantaranya terdapat dalam legenda literatur Melayu dan literatur Eropa.
Sejarah mencatat bahwa batik di Indonesia, saat itu dibuat dan hanya digunakan oleh keluarga kerajaan yang kemudian pengikutnya ini keluar keraton dan berkembanglah batik di masyarakat. Adanya interaksi antara pengikut kerajaan dengan masyarakat awam inilah lama-kelamaan kesenian membatik ditiru oleh masyarakat dan menjadi mata pencaharian bagi kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang. Motif dan keindahan yang diberikan oleh batik itulah, yang kemudian menjadi busana atau pakaian sehari-hari masyarakat.
Berdasarkan catatan-catatan sejarah, batik di Indonesia mulai berkembang semenjak zaman Kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa pada awal abad ke-19. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik itu sendiri tidaklah tercatat secara akurat, dan kemungkinan kain yang ada teknik batiknya itu diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Catatan-catatan perkembangan batik dari mana berawal dan berkembang memang terdapat beberapa perbedaan, diantaranya terdapat dalam legenda literatur Melayu dan literatur Eropa.
Sejarah mencatat bahwa batik di Indonesia, saat itu dibuat dan hanya digunakan oleh keluarga kerajaan yang kemudian pengikutnya ini keluar keraton dan berkembanglah batik di masyarakat. Adanya interaksi antara pengikut kerajaan dengan masyarakat awam inilah lama-kelamaan kesenian membatik ditiru oleh masyarakat dan menjadi mata pencaharian bagi kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang. Motif dan keindahan yang diberikan oleh batik itulah, yang kemudian menjadi busana atau pakaian sehari-hari masyarakat.
- · Periode Kerajaan Majapahit
- · Periode Kerajaan Islam
- · Periode Batik Jawa (Solo dan Jogjakarta)
- · Periode Perkembangan Batik di Wilayah Lain
·
Perkembangan
Batik di Wilayah Banyumas
Perkembangan batik di wilayah ini menggunakan bahan mori yang dibuat sendiri, sedangkan obat pewarnanya berasal dari tanaman pohon tom, pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning. Di daerah ini batikannya memiliki motif dan warna yang khusus, sehingga batik dari daerah ini dikenal dengan sebutan batik Banyumas.
Perkembangan batik di wilayah ini menggunakan bahan mori yang dibuat sendiri, sedangkan obat pewarnanya berasal dari tanaman pohon tom, pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning. Di daerah ini batikannya memiliki motif dan warna yang khusus, sehingga batik dari daerah ini dikenal dengan sebutan batik Banyumas.
·
Perkembangan
Batik di Wilayah Pekalongan
Perkembangan batik di wilayah ini tumbuh pesat di daerah Buawaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Batikan dari Pekalongan ini memiliki proses dan desain yang dipengaruhi oleh batik dari Demak.
Perkembangan batik di wilayah ini tumbuh pesat di daerah Buawaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Batikan dari Pekalongan ini memiliki proses dan desain yang dipengaruhi oleh batik dari Demak.
·
Perkembangan
Batik di Wilayah Cirebon
Adanya percampuran masyarakat Cirebon dengan pengungsi keluarga dan pengikut Kerajaan Mataram dari Solo dan Jogjakarta, menjadikan batik di daerah ini berkembang dan meluas ke Kerajaan Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Batik di daerah ini memiliki motif laut, hutan, dan margasatwa. Motif laut lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Cina, sedangkan gambar garuda dipengaruhi oleh motif batik Solo dan Jogjakarta.
Adanya percampuran masyarakat Cirebon dengan pengungsi keluarga dan pengikut Kerajaan Mataram dari Solo dan Jogjakarta, menjadikan batik di daerah ini berkembang dan meluas ke Kerajaan Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Batik di daerah ini memiliki motif laut, hutan, dan margasatwa. Motif laut lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Cina, sedangkan gambar garuda dipengaruhi oleh motif batik Solo dan Jogjakarta.
0 komentar:
Posting Komentar