Sabtu, Mei 06, 2017

Periode Perkembangan Batik

Hasil gambar untuk batik adalah

Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam (lilin) merupakan bentuk seni kuno dari zaman dahulu kala. Penemuan seni pewarnaan kain tersebut diawali pada abad ke-4 SM, yaitu dengan ditemukannya kain pembungkus mumi yang dilapisi dengan malam (lilin). Seni “batik” juga berawal dari Tiongkok pada Dinasti Tang (618-907), di India dan di Jepang (645-795). Seni “batik” juga ditemukan di Afrika oleh SukuYoruba (Nigeria), Suku Soninke dan Suku Wolof (Senegal).

Berdasarkan catatan-catatan sejarah, batik di Indonesia mulai berkembang semenjak zaman Kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa pada awal abad ke-19. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik itu sendiri tidaklah tercatat secara akurat, dan kemungkinan kain yang ada teknik batiknya itu diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Catatan-catatan perkembangan batik dari mana berawal dan berkembang memang terdapat beberapa perbedaan, diantaranya terdapat dalam legenda literatur Melayu dan literatur Eropa.

Sejarah mencatat bahwa batik di Indonesia, saat itu dibuat dan hanya digunakan oleh keluarga kerajaan yang kemudian pengikutnya ini keluar keraton dan berkembanglah batik di masyarakat. Adanya interaksi antara pengikut kerajaan dengan masyarakat awam inilah lama-kelamaan kesenian membatik ditiru oleh masyarakat dan menjadi mata pencaharian bagi kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang. Motif dan keindahan yang diberikan oleh batik itulah, yang kemudian menjadi busana atau pakaian sehari-hari masyarakat.


  • ·         Periode Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan maritim di Nusantara --sebutan Indonesia-- yang berada di daerah Mojokerto dan Tulungagung. Perkembangan batik berawal dari daerah tersebut. Pada saat kerajaan Majapahit memperluas wilayah kekuasaanya, batik pun ikut berkembang dan menyebar. Tatkala menaklukan Tulungagung, tentara-tentara Majapahit keluar dari keraton, menetap dan tinggal di Tulungagung dengan membawa kesenian membuat batik. Batik-batik yang dihasilkan dari daerah tersebut memiliki warna dasar putih dan corak cokelat muda dan biru tua. Warna-warna tersebut didapatkan dari pewarna alami yang berasal dari tanaman soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi, dan lain sebagainya.
  • ·         Periode Kerajaan Islam
Pada saat Islam mulai berkembang di daerah Ponorogo Jawa Timur, batik juga ikut berkembang. Perkembangan batik dimulai dari istri Kyai Hasan Basri atau Kyai Agung Tegalsari yang merupakan menantu Raja Keraton Surakarta yang kemudian dikembangkan di pesantrennya di daerah Ponorogo. Daerah batik yang berkembang hingga saat ini di daerah tersebut antara lain daerah Kauman atau Kepatihan Wetan, dan meluas ke daerah Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono, dan Ngunut. Motif batik yang berasal dari Ponorogo ini banyak dipengaruhi oleh motif Surakarta dan Yogyakarta. Dalam pembatikan, obat-obatan yang dipakai dibuat dari kayu-kayuan yang berasal dari tanaman pohon tom, mengkudu, kayu tinggi, sedangkan bahan kain putihnya terbuat dari tenunan gendong.
  • ·         Periode Batik Jawa (Solo dan Jogjakarta)
Perkembangan batik di daerah Solo dan Jogjakarta dikenal pada abad ke-17, semenjak Kerajaan Mataram. Batik di Solo dan Jogjakarta berawal pada masa Panembahan Senopati, yakni Kerajaan Mataram I yang berkembang di daerah Plered. Kali pertama, batik digunakan oleh keluarga kerajaan pada upacara-upacara resmi kerajaan. Masa-masa Kerajaan Mataram adalah masa-masa penjajahan Belanda, sehingga pada masa ini banyak terjadi peperangan. Akibat dari peperangan tersebut, keluarga-keluarga kerajaan banyak yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru, seperti Banyumas, Pekalongan, Cirebon, Tegal, Ponorogo, Tulungagung, Gresik, Madura dan daerah-daerah lainnya. Keluarga-keluarga kerajaan inilah yang kemudian mengembangkan dan menyempurnakan pembatikan di daerahnya yang baru.
  • ·         Periode Perkembangan Batik di Wilayah Lain
Perkembangan batik di wilayah-wilayah lain seperti di Banyumas, Pekalongan, Cirebon, Tegal, Ponorogo, Tulungagung, Gresik, Surabaya, Madura, dan wilayah yang lain di bawa oleh keluarga dan pengikut Kerajaan Mataram pada tahun 1830, usai peperangan Pangeran Diponegoro. Keluarga dan pengikut Kerajaan Mataram ini kemudian berhasil mengembangkan kerajinan membatik di daerahnya. Motif dan coraknya pun berbeda walaupun berasal dari corak batikan Solo dan Jogjakarta. Berikut ini adalah beberapa perkembangan batik yang terkenal hingga sekarang yang berhasil dikembangkan oleh keluarga, pengikut maupun masyarakat di wilayahnya yang baru.


·         Perkembangan Batik di Wilayah Banyumas
Perkembangan batik di wilayah ini menggunakan bahan mori yang dibuat sendiri, sedangkan obat pewarnanya berasal dari tanaman pohon tom, pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning. Di daerah ini batikannya memiliki motif dan warna yang khusus, sehingga batik dari daerah ini dikenal dengan sebutan batik Banyumas.
·         Perkembangan Batik di Wilayah Pekalongan
Perkembangan batik di wilayah ini tumbuh pesat di daerah Buawaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Batikan dari Pekalongan ini memiliki proses dan desain yang dipengaruhi oleh batik dari Demak.
·         Perkembangan Batik di Wilayah Cirebon
Adanya percampuran masyarakat Cirebon dengan pengungsi keluarga dan pengikut Kerajaan Mataram dari Solo dan Jogjakarta, menjadikan batik di daerah ini berkembang dan meluas ke Kerajaan Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Batik di daerah ini memiliki motif laut, hutan, dan margasatwa. Motif laut lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Cina, sedangkan gambar garuda dipengaruhi oleh motif batik Solo dan Jogjakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About